Sudah
sejak beberapa dekade lalu, garam diyakini menjadi pemicu tekanan darah
tinggi yang merupakan pertanda penyakit jantung. Untuk penderita
tekanan darah tinggi (hipertensi) yang parah, penanganan dengan
obat-obatan mungkin diperlukan. Namun buat mereka yang belum mendapati
taraf itu (parah), upaya pencegahan tentu lebih baik. Yakni dengan
mengurangi konsumsi zat yang menjadi picu hipertensi: garam.
Selama ini, garam seolah ditabukan karena bisa meninggikan tekanan
darah. Namun sampai kini belum diketahui secara pasti sejauh mana garam
menjadi problem bagi orang-orang yang memiliki tekanan darah normal.
Lewat penelitian diketahui pula bahwa lemak jenuh yang biasanya
ditemukan pada daging berwarna merah, mentega dan produk-produk hewani
lainnya merupakan ancaman terbesar bagi jantung dan pembuluh darah.
Ancaman ini jauh bahkan lebih besar ketimbang kolesterol.
Berkait dengan garam ini, dua kelompok peneliti telah melakukan riset.
Namun dua penelitian yang dilakukan sekitar tiga tahun lalu itu
menunjukkan hasil yang berbeda -- kalau tidak dikatakan bertolak
belakang. Penelitian pertama yang hasilnya dilaporkan di British Medical
Journal menyimpulkan bahwa pengurangan asupan garam akan menurunkan
tekanan darah, tak hanya pada penderita hipertensi tapi juga pada mereka
yang tidak menderita tekanan darah tinggi.
Namun studi lain
yang diumumkan hasilnya pada minggu yang sama di Journal of the American
Medical Association menyatakan bahwa orang dengan tekanan darah normal
tidak akan mendapatkan keuntungan yang signifikan dari pengurangan
konsumsi garam.
Manakah yang benar? Mungkin tidak satu pun dari
keduanya. Sebab, setelah diamati, ternyata masing-masing penelitian
tersebut mengandung kelemahan. Ketimbang repot memikirkan hasil
penelitian itu, akan lebih bermanfaat bila kita mencari jawaban untuk
satu pertanyaan ini:
Asal tahu saja, meski sepintas tampak
sepele, para ahli belum menemukan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan
itu. Namun itu bukan berarti kita harus menyerah. Setidaknya, kita bisa
menyimak saran yang diberikan Dr Theodore Kotchen, pakar gizi dari
Medical Coillege of Wisconsin. ''Meski belum banyak bukti-bukti ilmiah
yang mendukung, menjaga agar tingkat asupan garam tetap rendah adalah
langkah yang baik. Ini karena sebegitu jauh belum ada bukti yang
menunjukkan bahwa diet rendah garam merupakan hal yang berbahaya.''
Namun ada satu pengecualian. Yaitu orang-orang yang kehilangan banyak
garam lewat keringat karena olahraga atau kerja fisik yang berat.
Pengurangan asupan garam pada mereka justru bisa membahayakan kesehatan.
sumber : www.facebook.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar